Senin, 28 Januari 2008

Detergent

Dampak pencemaran detergent

* Kematian ikan secara massal di Teluk Jakarta


Laporan dari Lembaga Oseanologi Nasional (LON-LIPI) di Jakarta, telah terjadi kematian massal ikan di Teluk Jakarta pada tahun 2004. Fenomena ini jarang terjadi sehingga mengagetkan nelayan dan masyarakat setempat. Peristiwa tersebut diduga akibat terjadinya blooming plankton jenis tertentu.
Detergent telah umum dan bahkan telah memasyarakat digunakan sebagai bahan pencuci atau bahan pembersih, baik dalam kegiatan sehari-hari di rumah tangga maupun dalam kegiatan industri. Sebagai contoh (Nirnama, 1979) penduduk Jakarta rata-rata menggunakan detergent sebanyak 1.87 kg per bulan atau 62 gram per keluarga per hari. Penggunaan ini cenderung meningkat setiap tahunnya sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan industri dan populasi penduduk di Jakarta.
Salah satu dampak adanya pencemaran bahan organik, termasuk detergent di perairan adalah terjadinya euthrofikasi. Bahan/senyawa pembentuk (builder) atau pengikat (binder) detergent adalah senyawa poly-phosphate. Senyawa poly-phosphate oleh mikroba akuatik (khususnya bakteri) dan sinar matahari (photodegradation) dirubah menjadi orthophosphate, sehingga dalam kondisi tertentu perairan dapat mengalami euthrofikasi (keadaan lewat subur).
Keadaan perairan yang kelewat subur tersebut dapat menyebabkan terjadi persaingan dalam memperebutkan ruang dan makanan, akibatnya kualitas air menjadi menurun, oksigen berkurang, bahkan dapat terjadi defleksi oksigen dan penguraian terjadi secara anoksia, sehingga timbul gas-gas beracun, seperti H2S, NH4, dll. Akibat lebih lanjut adalah terjadinya kematian organisme yang hidup di dalamnya.